Tan Malaka : Massa Aksi






Berangkat dari konsekwensi memilih demokrasi sebagai instrumen politiknya, Indonesia dan rakyatnya sebagai elemen hidup musti berterimakasih pada Tan Malaka.
Lewat buku yang dikarangnya yakni 'Massa Aksi' ia menjabarkan bagaimana menyusun, mengorganisir, serta menggerakkan sebuah masa yang sadar akan haknya untuk bergerak menuntut kemerdekaanya sebagai warga negara yang dijamin oleh konstitusi.

Tan, membuat karya tersebut sebagai reaksi terhadap PKI yang gegabah ingin melakukan revolusi pada zaman kolonial Belanda, tujuanya adalah untuk menumbangkan kekuasaan kolonial Belanda dan membentuk Negara dibawah komando PKI. Namun revolusi itu gagal karena menurut Tan Malaka syarat-syarat revolusi blm terpenuhi.

Revolusi kata tan harus berangkat dari kesadaran individu, bahwa ia mempunyai hak dan kewajiban tentang kehidupanya, kemudian baru persepsi itu disatukan dalam kekuatan massa aksi, artinya massa/rakyat yang bergerak atas dasar kesadaran individu dan mempunyai cita-cita yang kolektif.
Bahkan, tokoh-tokoh nasional seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, Soedirman, dan WR. Supratman terinspirasi dari buku ini. Seperti ketika soekarno dalam pleidoinya yang terkenal 'Indonesia Menggugat' terinspirasi oleh kekuatan isi buku ini, kemudian WR. Supratman pencipta lagi kebangsaan kita Indonesia Raya mengakui telah terinspirasi oleh buku massa aksi tersebut .
Bagi kita generasi penerus bangsa dalam menanggapi persoalan yang kian panas saat ini dari soal penistaan agama sampai berujung demonstrasi hal itu wajar-wajar saja jika tidak mengandung unsur kekacauan, konflik, dan mengancam integrasi.

Menanggapi demonstrasi yang dilakukan pada 411/212, saya melihat ada kesamaan dengan apa yang digagas oleh Tan dalam buku massa aksinya. Jadi demonstrasi kemarin menurut saya dilandasi oleh kesadaran sebagai umat beragama ketika agamanya dinistakan mereka umat islam bergerak dan menyampaikan aspirasinya, dan setelah itu selesai giliran kewajiban para penegak hukum untuk menyikapinya semoga tindakan-tindakan yang dilakukan sesuai dengan ke objektifan, bukan ketakutan terhadap kekuatan yang besar sekali pun hukum harus adil bagi siapapun.
Dan kita pun adalah bersaudara terlepas dari ikatan suku, ras, dan agama karena kita ini, 'Bhinneka Tunggal Ika' kita disatukan oleh falsafah dasar bernama pancasila, maka permasalahan ini jangan sampai membuat kita membenci satu sama lain melainkan harus semakin menguatkan rasa toleransi dalam berdemokrasi.

Akhirnya Tan Malaka berkata " Lindungi bendera itu dengan bangkaimu, nyawamu, dan tulangmu. Itulah tempat yang selayaknya bagimu, seorang putera Indonesia tempat darahmu tertumpah"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gedung Bappenas Pernah Jadi Monumen Yahudi ?

sang revolusioner jalan pembebasan atau jalan munuju tangga kekuasaan ?