Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Gerakan yang lumpuh oleh logika pendapatan ?

" idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda " _ Tan Malaka _ Kita akan awali dengan kalimat pembuka itu, sebelum memasuki dimensi rekayasa sosial yang lebih jauh. Di belahan dunia manapun yang nama nya republik adalah konsep negara modern yang dibangun diatas darah dan bangkai perdaban manusia. Yang dilahirkan atas ide-ide baru yang cemerlang dan terealisasikan, dan itu membongkar dan menjungkirbalikan logika pemahaman tatanan lama, kini tatanan baru telah kita anut, dimana pun kita berada di belahan bumi ini. Kemudian apakah itu tanpa pengorbanan ? Tentu saja itu pengorbanan atas nama idealisme. Dalam konteks Hindia Timur sebutan sebelum Indonesia merdeka, yang bergerak dalam ranah ide dan fisik untuk melepaskan kerangkeng kolonialisme dan imperialisme ( penjajahan ) adalah para pemuda nya, maka pemuda adalah tulang punggung Bangsa. Pemuda harus tetap hidup, di dalam kematian hidup. Berfikir dan berjuang dengan roh yang merdeka, landasan nya adalah

Independensi...oh apakah aku ini angin ?

Inilah aku yang tak berwujud, yang tak bisa dibaca oleh penalaran logika atau hanya sekedar rasa. Aku hanya ingin memberikan nafas tak berbekas, aku ingin hidup selama nya, bergerak bebas tanpa tatanan, dan konsep-konsep pengekang. Oh...anarkis ? Bukan, bukan itu... aku memahani kebebasan sebagi batas, aku menghormati kau, kalian seraya umat manusia. Aku suka hijau, aku suka merah, aku suka kuning, aku ingin cium kau simbol, tapi segera aku bergegas mencari bentuk itu sendiri, cipta ku sendiri. Apa kau tak percaya, aku ini baik ? Apa kau memalinglan wajah karena berjumpa dengan si gila tanpa jubah itu ? Emmm...bolehlah, tapi aku percaya dialektika dimana manusia akan mencapai susunan keseimbangan hidup, aku percaya itu, entah dari mana ide dan tindakan itu muncul. Bukan kah hidup adalah tentang, kebaikan, kebenaran, dan keindahan ? Sepemahaman ku, pluralisme isme itu yang tercipta dari otak manusia, yang mencipta rekayasa sosial adalah catatan kaki tentang substansi itu. Aku perh

Sinarmu duniaku

Subjektivitas telah membakar cara pikirku yang menjadikan nya abu... Sampai aku kepada konklusi itu Gedung mewah yang berjajar di komplex olahraga paling elite itu, biasa bagiku... Simbol itu telah menjadi kejadian paling bahagia, aku melihat senyum mu Aku lihat matamu Aku membelah dadamu Kau sinar duniaku

Hari ini bukan momentum ku ( tentang simbol akademis )

23 Desember dalam tahun ini, kawan-kawan seperjuangan merayakan kebahagian. Angkatan 2013...akhirnya di wisudakan tersemat dalam nama gelar yang berat itu. Jcc hari ini, begitu sesak gegap gempita, bercampur rasa dilimpahkan menjadi lebih sesak, tapi...manusia butuh itu sebagai konsekuensi logis dari psikologi nya. Aku yang menyaksikan, hanya bisa berharap...jangan sampai itu berlarut-larut tenggelam dalam euforia bahagia, substansi dari seorang sarjana adalah medan perjuangan yang sesungguhnya, bukan hanya soal ' logika pendapatan ' tetapi logika kebermanfaatan terhadap manusia, agama, dan peradaban. Salam perjuangan atas kawanku...

Jubah bukan kebesaran

Dalil bahwa setiap manusia diciptakan sama itu dalam islam kita kenal dengan sabda Tuhan yang tertuang dalam kitab Qur'an, kemudian dalam ajaran yunani kuno disebut demos dan kratos, serta kejadian revolusi perancis yang berbunyi : egalitarianisme. Bahwa, NKRI adalah aku dan kau, aku tak ingin ia membeku mencipta sekat yang semakin lama semakin keras. Meski ajaran itu perlu, tapi tak perlu membeku dalam dadamu. Cukup kita tau dan menjadikan nya lebih bebas dan tak terpenjara. Aku menunggu mu bunga-bunga revolusi yang tak kaku.

Dialog dengan seorang rantau

Dini hari ini hujan menghujam renda-renda pernikahan kawanku,  membawa angin yang kini berkawan dengan seorang lajang. Seseorang tanpa ku kenal datang menghampiri kami yang sedang bercanda gurau melucukan segala persoalan hidup, bukan cercaan tetapi sekedar menghibur pelipur lara sekawan yang tergoncang atau barangkali hanya sekedar menghidupkan suasana yang diliputi kegembiraan. Ya...pernikahan dua anak manusia, manusia yang harus meneruskan tugas suci atau kutukan Tuhanya itu, tergantung dalam kepala siapa pemikiran bersemayam tentunya bagiku itu termasuk sesuatu yang suci. Seorang rantau ! Aku bahkan tak sempat bertanya, hanya menyimak di setiap kalimat-kalimat sabda nya. Ku anggap begitu, bagaikan dosen yang sedang menerangkan teori-teori di dalam perkuliahan ini masih bisa ku sangkal. Maka ku sebut ia semacam memuntahkan mantra-mantra nya untuk segerombol pemuda, yang mungkin dianggapnya perlu untuk tahu. Datang dan berbicara tentang sebuah kehidupan. Aku seperti ditelanjangi

Panji-panji Sandiwara

Sampai detik ini pun, pembahasan tetap sama ; bagimana agar kenikmatan dapat ditutupi ? Logika berkata nikmat harusnya terbuka Semua seperti aktor-aktor tanpa cacat, yang dipoles dewa melalui penciptaan diluar kehendak Terminologi suci, hanya bagai kiasan-kiasan indah jantung kota Atau alun-alun istana raja Penembusan kedalam itu kejam, hitam, penuh riuh-riak pertumpahan darah Polesan yang diluar, penipuan dengan simbol-simbol Seakan tak asing Dan wayang-wayang ini harus menyelam Dengan was-was keputusasaan Ah terang, kau belum juga datang Bohong lah itu kartini tentang sehabis gelap terbitlah terang.

Apalah arti hidup tanpa arti ?

Seorang guru berseru pada murid-muridnya ; kau hendak jadi apa jikalau sudah besar nanti ? Beberapa diantaranya bercericau, diantaranya bungkam tanpa alih-alih suara. Ya, kau coba ingin jadi apa kelak ? Sambar seorang guru tersebut. Aku hendak jadi pemimpin pak, tegasnya. Cita-cita yang bagus, satu untuk semua, tandasnya. Kemudian, kau ingin jadi apa kelak nak ? Guru itu meneruskan. Aku berkeingin menjadi seorang pengusaha produk makanan pak, sekenanya. Itu pun bagus, semua untuk satu. Tegasnya lagi meyakinkan. Hujan belum juga reda, turun berlebat-lebat membasahi daratan kehidupan. Sang pemberi anugerah atau malah malapetaka, tergantung ada di sarang kepala siapa pendapat. Guru tersebut menarik nafas dalam-dalam dan dikeluarkanya sebuah petuah-petuah. Hendak diapakan nanti oleh sang penerima tergantung dari tragedi yang dilaluinya, yang pasti, gumamnya. Seorang guru harus memberikan gambaran yang positif tentang hidup ini agar kelak generasi mendatang dapat menimbang-nimbang se

Aphorisme Sayang

Sayang aku bosan keriuhan Sayang kini aku menepi Sayang kuharap kita bertemu dimana tak ada lagi terjadi ... Tragedi ! Sayang, Kau paham masudku ? Kalau begitu mari kita tapaki bumi ini dengan sunyi ataupun ramai pesanku ; harap kau pahami, setelah masa itu habis aku janji akan limpahkan cium ku ini pada kening basah itu Sayang kau boleh anggap aku sakit atau gila atau akut, terserahlah... aku sungguh sayang kepadamu Terserahlah, aku ingin menepi ingat aku kembali, bukan untuk menjajakan diri, tapi berjalan dengan esensi-esensi manusiawi maka aku harus menepi, menyepi dengan lilin dan cahaya api ini. #JakartaPagiDiruangImaji

Rindu tiada

Pagi yang malang, entah mengapa engkau datang tak memberi salam Padahal aku baik-baik saja dalam keterjagaan malam Kau beri perintah udara untuk mengasut, membawa jiwa kedalam ruang-ruang kekosongan Menuntun imaji kedalam permainan dunia khayal tanpa aturan-aturan logika formal Pagi itu, aku merasakan menggenggam kehalusan... Sebuah perasaan akan kasih dan sayang dengan subyek diluar diriku Ingin aku belai wajah manis itu, coba aku rasakan jari-jemari lentik itu agar aku genggam dan cium dengan bibirku supaya subyek merasakan aliran kasihku Udara begitu cepat berlari, mengoyak jiwa dan imaji Ia pergi meninggalkan kesadaran kembali Hey...siapakah kau ? Ketika mencari yang diluar diri Kembali dalam nestapa sepi pagi

Imaji dan Teknologi

Ar&co karya Indonesia mendunia Kita patut bangga padanya Bagimana tidak itu adalah karya anak Bangsa Yang diakui dunia Teknologi adalah sahabat kita, bahkan melebihi sahabat kita sebagai subjek Melebihi yang hidup dengan nyawa Melampaui fikiran yang mati Kita lebih percaya teknologi Tidak ada yang salah, bagiku semuanya adalah dialektika kemajuan peradaban Yang salah ketika imaji itu sendiri ditumpulkan diganti dengan imajinya nya teknologi, imaji dalam kepala diri dinegasikan dipinggirkan hingga hanya gelap yang terlihat... Padahal, ia maha berharga Padahal, ia yang primer yang mencipta yang sekundar Padahal, ia ciptanya Tuhan YME.

Imaji yang melanggar

Aku tak bisa menahanya... Layaknya kendara tanpa kemudi yang dibuat manusia zaman berteknologi Tentang berfikir ? Ia adalah kodrat, yang di berikan kuasa kepada hamba Kenapa tak memaksimalkanya ? Ada yang salah dengan kecenderungan berfikir 'bebas' bahkan terdapat di dalam lembar-lembar peristiwa adab. Pernah suatu ketika yang bebas merupakan terobosan, karena ia melepaskan kekangan Menjungkirbalikan aturan-aturan stagnan Namun juga bisa terjungkirbalik akibat menganggap bebas nya tanpa pegangan Diantaranya harus saling mengisi, layaknya seorang yang menjalin tali kasih, agar ita tetap seimbang tak pantang goyang terhempas angan dan pemberhentian Aku masuk kedalam gulitanya pagi, menapaki daratan dan membuka celah gordeng kamar ; diluar udara begitu liar tak sekawan didalam Namun kuliat ada sebuah celah, aku mulai mengikuti ruang mungkin ada sedikit rahasia didalam, kucoba terobos lewat imaji-imaji yang melanggar ; Apa ini gila ?

Logika copypaste

Ketika aku melihat karena aku punya mata Disaat aku mendengar karena ketidaksengajaan fungsional Dan disaat aku merasa karena hakikat manusia Dunia ketiga ? Pernah kau mendengarnya ? Suatu dunia dimana lembaran teks sejarah mengatakanya dunia 'netral' yang mempunyai jargon berdikari pemberian Bapak Bangsa... Bangsa, yang apabila dikatakan dunia sadiwara akan marah Dituduh subversif dan anti pancasila Jajaran birokrasi itu telah mati dari bumi kita... Munculah demokrasi sebebas-bebanya Dimana tiap orang bebas untuk menafsir perkara Manusia di Bangsa dunia ketiga ini, sekarang bebas dan bertanggungjawab Katanya hak konstitusi kita Dan memang iya Perkara yang dibahas adalah masalah korupsi, kebebasan, kesejateraan, dan keadilan 'Kita harus jalankan amanat pancasila 45" Dan kita berteriak di depan muka, agar publik membuka mata dan telinga tentang sebuah derita yang dialami umat manusia dunia ketiga Tapi bagimana ? Agar kata tak lagi sebuah retorika, ketik

Malam dipinggirnya Jakarta

Ku lihat pemancar menjulang tinggi dengan cakar ayam yang kuat, mungkin... Diantara dahan daun lebar yang sayup dan gulitanya malam, serangga kecil mencoba memasuki hidupnya menari-nari dalam belukar tetumbuhan , entahh bagaimana perasaanya... Yang pasti ini hanya deskripsi saat ini, dimana aku tak tahu siapa aku dan aku tak tahu kenapa harus menuliskanya... Dahulu bangku sekolah mengajarkan ku tentang perasaan, harus begitu halus sehingga tak ada luka yang digoreskanya, dia nak... antitesanya amarah Seiring waktu berjalan ; Detik Jam Hari Minggu bulan Dan tahun Perasaan itu semakin menjangkau dimensi yang lebih luas, menjangkau sesuatu yang tidak diajarkan oleh guru-guruku dahulu, aku tak tau apakah aku sadar atau tidak, yang pasti aku yakin aku berada dalam getaran semesta dan fikiranku melayang-layang dalam alunan udara mungkin menembus wilayah metafisika... Perasaan itu banyak dibahas dalam pergaulan hidupku, entah kawan, orang tua, atau siapapun yang mau mengatakanya
http://bem.uhamka.ac.id/2017/03/29/uhamka-menyala-um-oleh-bem-uhamka/

SISTEM PEMERINTAHAN BODY CHANIAGO DAN KAITANYA DENGAN DEMOKRASI INDONESIA

Gambar
Oleh : Ricki Maldini [1]             Berangkat dari suatu pengalaman mengikuti studi objek historis yang diadakan oleh program studi pendidikan sejarah dimana saya kuliah yakni universitas muhammadiyah prof. Dr. Hamka (UHAMKA) dimana program tersebut dilaksanakan pada masa perkuliahan di semester 7. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 13-19 maret tersebut telah memberikan suatu pengalaman lapangan yang sangat berharga untuk masa depan dan juga untuk merubah cara berfikir serta bertindak. Namun dalam artikel kali ini saya akan membahas tentang bagaimana sistem pemerintahan yang terdapat di ranah Minang tersebut, keunikanya terletak pada bahwa banyak pendiri Bangsa Indonesia yang mengatakan bahwa sebenarnya sistem demokrasi di Indonesia tersebut adalah mengambil dari tradisi asli yang berlaku pada masyarakatnya terutama di ranah minangkabau jika yang saya ketahui, banyak contoh kutipan-kutipan dari para Founding Fathers kita seperti yang saya pernah membacanya Tan Malaka, S

Konsep silabus Gerakan Uhamka Menyala

Gambar
SILABUS PENGAJARAN UHAMKA MENYALA PERIODE 2016-2017 KEMENTRIAN SOSIAL DAN PENDIDIKAN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA PERIODE 2016-2017 1. Deskripsi Kegiatan Uhamka Menyala Assalamuallaikum. Wr. Wb             Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur terhadap Dzat yang satu tiada banding yakni Tuhan Allah SWT, yang Alhamdulillah masih memberikan kenikmatan untuk kita semua termasuk didalamnya nikmat sehat, iman, dan islam. Tidak lupa kita hanturkan shalawat serta salam kepada junjungan besar kita sang revolusioner umat manusia yakni Baginda Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang penuh pencahayaan ini dalam artian yang filosofis.             Di dalam zaman yang penuh pencahayaan ini sudah sepatutnya kita sebagai umat dari Nabi Muhammad SAW yang berketuhanan Allah SWT menjaga senantiasa agar pencahayaan tersebut tidak redup kembali