Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Gerakan yang lumpuh oleh logika pendapatan ?

" idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda " _ Tan Malaka _ Kita akan awali dengan kalimat pembuka itu, sebelum memasuki dimensi rekayasa sosial yang lebih jauh. Di belahan dunia manapun yang nama nya republik adalah konsep negara modern yang dibangun diatas darah dan bangkai perdaban manusia. Yang dilahirkan atas ide-ide baru yang cemerlang dan terealisasikan, dan itu membongkar dan menjungkirbalikan logika pemahaman tatanan lama, kini tatanan baru telah kita anut, dimana pun kita berada di belahan bumi ini. Kemudian apakah itu tanpa pengorbanan ? Tentu saja itu pengorbanan atas nama idealisme. Dalam konteks Hindia Timur sebutan sebelum Indonesia merdeka, yang bergerak dalam ranah ide dan fisik untuk melepaskan kerangkeng kolonialisme dan imperialisme ( penjajahan ) adalah para pemuda nya, maka pemuda adalah tulang punggung Bangsa. Pemuda harus tetap hidup, di dalam kematian hidup. Berfikir dan berjuang dengan roh yang merdeka, landasan nya adalah

Independensi...oh apakah aku ini angin ?

Inilah aku yang tak berwujud, yang tak bisa dibaca oleh penalaran logika atau hanya sekedar rasa. Aku hanya ingin memberikan nafas tak berbekas, aku ingin hidup selama nya, bergerak bebas tanpa tatanan, dan konsep-konsep pengekang. Oh...anarkis ? Bukan, bukan itu... aku memahani kebebasan sebagi batas, aku menghormati kau, kalian seraya umat manusia. Aku suka hijau, aku suka merah, aku suka kuning, aku ingin cium kau simbol, tapi segera aku bergegas mencari bentuk itu sendiri, cipta ku sendiri. Apa kau tak percaya, aku ini baik ? Apa kau memalinglan wajah karena berjumpa dengan si gila tanpa jubah itu ? Emmm...bolehlah, tapi aku percaya dialektika dimana manusia akan mencapai susunan keseimbangan hidup, aku percaya itu, entah dari mana ide dan tindakan itu muncul. Bukan kah hidup adalah tentang, kebaikan, kebenaran, dan keindahan ? Sepemahaman ku, pluralisme isme itu yang tercipta dari otak manusia, yang mencipta rekayasa sosial adalah catatan kaki tentang substansi itu. Aku perh

Sinarmu duniaku

Subjektivitas telah membakar cara pikirku yang menjadikan nya abu... Sampai aku kepada konklusi itu Gedung mewah yang berjajar di komplex olahraga paling elite itu, biasa bagiku... Simbol itu telah menjadi kejadian paling bahagia, aku melihat senyum mu Aku lihat matamu Aku membelah dadamu Kau sinar duniaku

Hari ini bukan momentum ku ( tentang simbol akademis )

23 Desember dalam tahun ini, kawan-kawan seperjuangan merayakan kebahagian. Angkatan 2013...akhirnya di wisudakan tersemat dalam nama gelar yang berat itu. Jcc hari ini, begitu sesak gegap gempita, bercampur rasa dilimpahkan menjadi lebih sesak, tapi...manusia butuh itu sebagai konsekuensi logis dari psikologi nya. Aku yang menyaksikan, hanya bisa berharap...jangan sampai itu berlarut-larut tenggelam dalam euforia bahagia, substansi dari seorang sarjana adalah medan perjuangan yang sesungguhnya, bukan hanya soal ' logika pendapatan ' tetapi logika kebermanfaatan terhadap manusia, agama, dan peradaban. Salam perjuangan atas kawanku...

Jubah bukan kebesaran

Dalil bahwa setiap manusia diciptakan sama itu dalam islam kita kenal dengan sabda Tuhan yang tertuang dalam kitab Qur'an, kemudian dalam ajaran yunani kuno disebut demos dan kratos, serta kejadian revolusi perancis yang berbunyi : egalitarianisme. Bahwa, NKRI adalah aku dan kau, aku tak ingin ia membeku mencipta sekat yang semakin lama semakin keras. Meski ajaran itu perlu, tapi tak perlu membeku dalam dadamu. Cukup kita tau dan menjadikan nya lebih bebas dan tak terpenjara. Aku menunggu mu bunga-bunga revolusi yang tak kaku.