Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

" Dipersimpangan Jalan Simbol Budaya "

Analogi anak tiri dalam film Cinderella mungkin cocok untuk menggambarkan ini. Ibukota ? Arena dimana antar budaya saling berakulturasi dan berasimilasi Tempat dimana sebuah dinamika spirit hidup terjadi Ruang dimana sandiwara kehidupan digulirkan... Potret kehidupan Ibukota yang materialistik... Yang antara satu dengan lainya berkata : peringatan untuk hidup di Ibukota "bertahan atau kita yang tertahan ?" Yang lainya mengatakan : "Ibukota itu kejam" lalu ada lulucon " ata apakah kita yang lemah ?". Dengan mata aku melihat... Dengan hati aku rasakan... Dengan akal aku merenungkanya... Materialistik telah menggerus sendi-sendi kebudayaanku ! Hingga teriris Hingga tipis Dan sehingga aku tidak ingin dia menghilang ! Bagaimanapun budaya adalah nilai-nilai luhur yang harus dijaga, diamong, serta dimanifestasikan dalam hidup bermasyarakat. Apalagi ditengah gempuran hebat globalisasi, modernisasi, dan IPTEK yang lajunya bagaikan sebuah tank yang ta

" Adakah Keyakinan Tertinggi? "

Adakah keyakinan tertinggi ? Bukan persoalan memperdebatkan yang tertinggi diluar nalar manusia kita ... Tapi nilai nalar manusia itu sendiri yang biasa diecap dengan 5 panca indera kita ... Ya, kukungan penjara itu yang hebatnya menjeruji pikiran dan tindakan ... Dan bermuara pada pemitosan pada sekat-sekat keyakinan, Apakah keyakinan itu sendiri benar ? Yang aku tahu, kekacauan selalu dimulai dari sebuah sekat yang dijunjung tanpa dalih pertanyaan ...

" Cinta, Konsepsi, & Realitas "

Ada kedua bagian yang terpisah tentang konsepsi dan realitas. Konsepsi ada dalam bagian kepala manusia yang paling menakjubkan hingga bisa mengembangbiakan sebuah ide, sedangkan realitas adalah kenyataan yang berada di luar kepala manusia. Sebab Gibran mengatakan cinta itu suci, cinta itu indah ada partikel keikhlasan di dalamnya. Bahkan Muhammad dan Isa memakai senjata cinta untuk mempersembahkan ajaran nya agar diterima khalayak luas. Dan akhirnya sekarang menjadi ajaran nomer satu dan dua di dunia yang tidak ada bandinganya untuk ketiga dan keempat. Lalu apakah itu hanya memakai konsep cinta yang katanya dilandasi keihklasan dan damai ? Kalo begitu mengapa harus ada pertumpahan darah, perang salib antara umat kristiani dan Islam, perang antara kekaisaran klasik sampai pada perang modern atau perang dunia I dan II apa motifnya kalo bukan senyawa yang bernama materi ? Jika agama mengajarkan tentang kasih cinta kenapa musti ada perang antara ajaran agama langit ? Bukankah kita beras

Abstraksi Wajahmu

Masih aku berimajinasi liar Tentang sebuah konstruksi wajah Tak nyata, tak berupa Siapakah dikau ? Disela menengadahnya aku Dihampir terjaganya aku begitu abstrak... Ingin ku helai wajah itu dengan jari-jemari ku Supaya aku alirkan energi kasih sayangku Ditengah ilalang Di bawah atap reot kayu tua Di hadapkan hamparan sawah dan gunung yang menjulang Diselimuti awan gelap menusuk daya pandang... Semakin kabur Hitam Gelap Alirkan kembali ke alam nyata...

Rumahku Sejarah

Batulayang ini mengingakan ku 3 tahun yang lalu, dimana saat itu aku masih menjadi kader yang sempit pikiran. "Katanya" ini untuk memperluas wawasan, jadi aku harus mengikuti LKTD sebuah jenjang dasar pengkaderan untuk memasuki dunia organisasi kemahasiswaan khususnya himpunan mahasiswa sejarah dan umumnya keluarga mahasiswa fkip uhamka. Disini tidak akan aku ceritakan semua kronologi sampai disaat aku menyaksikanya lagi di semester 7, aku hanya ingin mengulas tentang sempit pikiran dan luasnya pikiran ? Berangkat dari kriteria apa hal tersebut dijadkan patokan ? Bagamana orang tahu bahwa si dia pikiranya luas dan si dia pikiranya sempit jika tidak mengenal lebih dalam sisi orang yang dikomentari ? Bagaimana pikiran itu dapat dinilai dan mendapatkan reward ? Apakah hanya di golonganya saja tanpa berani kita keluar sangkar ? Jika yang mendominasi adalah golonganya tentu saja hegemoni kata itu berlaku, apalagi bahasa tentang 'pintar' itu gampang sekali direduksi, s

Rutinitas

Gambar
lehugak Ia merupakan rohnya dunia Ia merupakan materilnya dunia Sebagai roh ia merupakan dasar bergeraknya dunia Sebagai materil ia merupakan penunjang jalanya dunia Namun rutinitas agaknya bergerak hanya berdasarkan penunjangnya, ia telah pergi dari penggeraknya sampai orang hanya berbicara mengenai narasi besar "penunjang" dan dunia hampir berhenti bergerak, barangkali itu ilustrasi zaman. Orang mereduksi materi menjadi tempat pemujaan baru, mencampakkan roh yang merupakan tempat sekunder dalam peradaban kita saat ini, roh hanya instrumen untuk mendapatkan kejayaan materi ia bukanlah lagi tempat pijakan yang hakiki atau dengan kata lain ia hanya layaknya badut-badut pelipur lara balita. Lalu bukanya roh adalah yang pertama dalam prinsip kehidupan, bagi kita yang mempunyai Tuhan ?

Jakarta, 13 September

Bila dunia itu penuh dengan teka-teki, seharusnya tidak ada yang namanya kebosanan, kehampaan, kekosongan. Ini bahkan mirip yang dikatakan Niethsze tentang nihilismenya... Apa hubunganya teka-teki dunia dan nihilisme ? Kesemuanya begitu kosong, hampa, hitam, tidak ada sebuah keyakinan yang menununku. Agama ? Bahkan hasratku selalu menegasikanya, bukan aku menyangkal adanya Tuhan, tetapi apakah Tuhan sendiri bisa merubah kekosonganku ? Aku berharap tentang sesuatu yang positif... Filsafat ? Ia merupakan suatu barang yang antik, yang manakala orang memasukinya akan menambah kerumitan hidup itu sendiri. Bahkan kehidupan itu sendiri adalah filsafat, "cinta dan kebijaksanaan", tetapi untuk mencapai tingkat tersebut proses ke-absurdtan itu akan semakin menggila, kita keluar sebagai penerima ilham atau kita keluar sebagai pecundang ilahiah ? Persoalanya aku tak seperti Niethsze yang berupaya membongkar "IDE FIX" suatu kepercayaan yang dogmatis bahkan fundamentalis.

Sekilas Kata

Gambar
Berangkat dari sebuah 'kata' Barangkali ia terlihat sederhana Sekumpulan huruf yang berfungsi sampaikan sebuah makna... FSPMI Tentang sebuah harapan Tentang sebuah kebutuhan Tentang sebuah keinginan Atau tentang sebuah keserakahan ? Kata adalah sebuah sebab, ia merupakan sebuah dasar berbagai rupa manifestasi akibat Perang ? Rasa takut ? Kemunduran ? Celaan kemanusiaan ? Katakan tidak pada pertanyaan itu! Kata adalah senjata, sayatan kata- kata mampu menandingi tajamnya pedang dan dahsyatnya sebuah mortir Rekonstruksi bahasa bisa membentuk relasi kuasa... Dunia memang selalu berada dalam kontradiksi kelas sepanjang masa walaupun tak nyata tapi kali ini aku mengamini Karl Marx, maka kita kaum muda harus senantiasa menjaga nafas idealisme karena seperti kata Tan Malaka salah satu Founding Fathers Bangsa 'idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki para pemuda' Kita terjun kedalam realitas Kita bergerak atas nama kema

Budaya Sakit Jiwa ?

Apakah kita hidup didalam kebudayaqn yang sakit ?  Yang manakala kita coba untuk menyembuhkanya, layaknya bermain-main dalam labyrint... Akh...tak usahlah sembuh biarkan sakit, sembuh hanya obat kepalsuan yang ditawarkan... Sembuh hanya menjadikan sakit yang semakin akut...

Batas Jalan Kita ?

Gambar
Yang lampau biarlah ia menjadi pondasinya kehidupan Tentang hitam, putih, ataupun abu... Bagamana seharusnya hidup, akupum masih mencarinya... Bagaimana dengan kau ? Mungkin bagi mereka "begini" Akh...aku takut tercebur kedalam fundamentalisme, aku lebih percaya proses, kukira bukan pengagum final! Kata Wittgenstein batas bahasa berarti batasnya dunia... Kita bisa amini serta memaknainya dengan porsi falsafah kita masing-masing... Dan kawan, mungkin nanti kita bisa berbincang tentang apa itu mimpi, cita, cinta, harapan, serta keinginan ? Sambil seruput kopi yang lama hilang dalam rasa.