Rumahku Sejarah

Batulayang ini mengingakan ku 3 tahun yang lalu, dimana saat itu aku masih menjadi kader yang sempit pikiran. "Katanya" ini untuk memperluas wawasan, jadi aku harus mengikuti LKTD sebuah jenjang dasar pengkaderan untuk memasuki dunia organisasi kemahasiswaan khususnya himpunan mahasiswa sejarah dan umumnya keluarga mahasiswa fkip uhamka.

Disini tidak akan aku ceritakan semua kronologi sampai disaat aku menyaksikanya lagi di semester 7, aku hanya ingin mengulas tentang sempit pikiran dan luasnya pikiran ? Berangkat dari kriteria apa hal tersebut dijadkan patokan ?
Bagamana orang tahu bahwa si dia pikiranya luas dan si dia pikiranya sempit jika tidak mengenal lebih dalam sisi orang yang dikomentari ?

Bagaimana pikiran itu dapat dinilai dan mendapatkan reward ?
Apakah hanya di golonganya saja tanpa berani kita keluar sangkar ?
Jika yang mendominasi adalah golonganya tentu saja hegemoni kata itu berlaku, apalagi bahasa tentang 'pintar' itu gampang sekali direduksi, sehingga yang tidak benar-benar pintar merasa pintar akibat rekonstruksi bahasa golongan yang menghegemoni.
Akibatnya ?
Ya tentu saja menghasilkan kader-kader yang sok pintar dengan segala atribut kebesaranya, apalagi jika si kader masuk kedalam golongan waduh makin kacaulah dunia intelektual kita.

Jujur saja aku rancu jika berbicara dalam wilayah ini, katakan senior berbicara tentang idealisme dan kebenaran, namun apakah dirinya sendiri menganut nilai tersebut ? Atau hanya retorika untuk mendapatkan prestise dimata kader ? Sempit sekali jika pandanganya seperti itu. Namun itu tidak berlaku semuanya, aku hanya lihat beberapa orang saja.

Kesempitan pikiran itu terlihat manakala suatu golongan tida mampu keluar dar sangkar/kadangnya, bukan dia yang berani keluar dari sangkarnya. Ko bisa yang berada di dalam sangkar dipuja-dipuji ? Bagaimana bisa wawasan yang luas didapatkan. Ah.... barangkali ini hanya celotehan ngaco ku saja, atau jangan diambil hati jika memang tidak seperti apa yang kupikir, mungkin ini keterbatasan pikiran ku saja dalam melihat realitas yang ada namanya juga manusia yah hehehe...asal tidak berani teriak dala kandang saja yaaa 😁😁

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gedung Bappenas Pernah Jadi Monumen Yahudi ?

sang revolusioner jalan pembebasan atau jalan munuju tangga kekuasaan ?