Pemikiran Gusdur

Kiprah pemikiran Gusdur, ada yang tau pluralisme ?
#Filsafattime

Abdurrahman Wahid atau yang lebih di kenal dengan sapaan Gus Dur lahir di Denanyar Jombang, Jawa Timur pada 7 sepetember 1940. Anak dari pasangan KH. Wahid Hasyim dan Nyai Hj. Solichah, Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara.

Gus Dur merupakan keturunan para kiai-kiai besar. Ayahnya seorang tokoh dan ulama besar putra dari KH. Hasyim Asy'ari, seorang ulama pendiri NU, organisasi islam terbesar yang ada di Indonesia.

Gus Dur pernah mengenyam pendidikan di pesantren Krapyak, pesantren Tegalrejo Magelang, dan pesantren Tambakberas di Jombang Jawa Timur. Pendidikan di luar negeri pernah ia tempuh di Al-Azhar, Kairo Mesir, Universitas Baghdad di Irak, kemudian sempat melanjutkan studi di Universitas Leiden, Belanda namun kembali kecewa karena universitas sebelumnya di Irak tidak diakui oleh Belanda. Kemudian, ia memutuskan untuk pergi ke Jerman dan Perancis sebelum akhirnya kembali lagi ke Indonesia pada tahun 1971.

Membedah pemikiran gusdur hari ini seperti nya masih sangat relevan dalam konteks fenomena sosial di dalam negeri hari-hari ini.

Gus Dur merupakan sebuah fenomena tokoh unik yang pernah dimiliki Indonesia,  ia merupakan tokoh lintas agama, yang mampu berbaur dengan segala perbedaan di setiap agama yang ada di dunia, khususnya Indonesia. Dalan kancah Internasional ia juga merupakan tokoh yang disegani.

Pesantren mengenalkan Gus Dur pada pemikiran keagamaan, yang membentuk karakter religi Gus Dur penuh etik, formal, dan struktural. Sementara pengembaraan nya ke Timur Tengah telah mempertemukan Gus Dur dengan berbagai corak pemikiran keagamaan, dari yang konservatif, simbolik-fundamentalis, sampai yang liberal-radikal. Begitu juga dengan filsafat Barat sedikit banyak telah mempengaruhi Gus Dur dalam pemikiran nya tentang humanisme.

Sisi humanis-pluralisme tercermin dari tulisan-tulisan nya. Salah satu tulisan nya yang dibukukan dan terkenal di kalangan islam progresif adalah ' islamku, islam anda, islam kita'. Buku ini bercerita tentang bagaimana menyikapi perbedaan dalam beragama, ia memberikan jalan tengah untuk itu. ia berpendapat bahwa perbedaan paling dasar di mata Tuhan hanyalah soal iman, sedangkan manusia tidak bisa mengukur tingkat keimanan seseorang.

Meneladani Gus Dur juga bisa kita petik dari pelbagai soal perbedaan, misal nya perbedaan berpikir, pendapat, melangkah dan sebagainya, seseorang yang memahami arti perbedaan ia lebih tinggi dari apapun dibanding seseorang yang hanya mempertahankan kebenaran menerut versi nya sendiri, kebenaran dalam konteks manusia akan selalu terbuka dan membuka perdebatan-perdebatan baru untuk menghasilkan kebenaran yang lebih tinggi begitu seterusnya dan tak akan pernah selesai.

Tujuan kita sama, jalan nya yang berbeda. Akhirnya dengan pluralisme itu kita harus sepakat bahwa perbedaan bukan lah awal dari sebuah dendam tetapi awal dari upaya pencarian bagaimana supaya kehidupan itu dapat kita capai dengan tentram tanpa permusuhan.

" Dariku saudaramu, keyakinan mu itu tak perlu membeku dalam dadamu, biarkan ia mengalir dengan perbedaan, dengan nya kehormatanmu adalah kehormatan mereka “
.
Bebaskan pikiran mu di kolom komentar 🙏
.
.
.
Follow @gubukpemebebasan
.
#garisimajinasi #gubukpembebasan #gusdur #pluralisme #pemikiran #opini #filsafat #perbedaan #islam #abdurahmanwahid #indonesiamerdeka #wajahindonesia #demokrasikita #islammakmur #islamberkah #kataisme #katasaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gedung Bappenas Pernah Jadi Monumen Yahudi ?

sang revolusioner jalan pembebasan atau jalan munuju tangga kekuasaan ?