Nasakom Soekarno Hari ini

Nasakom atau singkatan dari Nasionalisme, Agamisme, dan Komunisme adalah bagian dari pemikiranya Soekarno sebagai salah satu Founding Fathers Bangsa kita Indonesia. Nasakom yang ditulis Soekarno pada tahun 1926 adalah bagian dari pada media perjuanganya yang ditulis dalam surat kabar untuk menyadarkan bahwa kita bangsa Indonesia adalah satu nasib seperjuangan yang dijajah oleh negara polisi kolonial Belanda.

Memang kala itu banyak organisasi perjuangan partai politik, gerakan pemuda, dan wanita bertebaran dalam memperjuangkan hak-haknya dari lindasan kekurangajajaran pemerintah kolonial Belanda, namun kala itu masing-masing bergerak pada pemahaman organisasi nya masing-masing tanpa mempunyai tujuan bersama untuk merebut Indonesia merdeka. Kemudian lewat tulisan 'Nasakom'nya Soekarno berupaya untuk menyatukan aliran yang berbeda tersebut dalam satu tujuan yakni Indonesia merdeka, karena perlu diketahuai secara historis kelemahan dalam mencapai suatu tujuan bersama itu adalah tercerai-berainya kita dan hal itu digunakan Belanda lewat strategi divide et impera atau politik adu dombanya.

Nasakom Soekarno juga adalah salah satu ide yang mendongkrak adanya altar sumpah pemuda yang terjadi pada 28 oktkber 1928 dimana hal itu menjadi tonggak perjuangan nasional untuk merebut kemerdekaan dari kerangkeng penindasan bangsa barat dan yang mengaku sebagai cahaya Asia Timur Raya yakni Kekaisaran Jepang. Asanya Nasakom akhirnya menyumbangkan makna perjuangan bagi putra-putri Bangsa yang bermuara pada Indonesia merdeka pada 17 agustus 45.

Belajar dari Soekarno dan Nasakomnya saya ambil 2 makna. Pertama, Nasakom yang identik dengan nilai-nilai barat seperti nasionalisme ala Otto beuer, islam ala Muhammad dan budaya arabianya, serta komunisme dengan nabinya Marx mampu diracik mengikuti kultur masyrakat Indonesia. Artinya bahwa apa yang kita ketahui dari luar entah itu sebuah ide perjuangan atau apapun itu harus dikombinasikan dengan dimana tempat kita berada, kalau tidak maka sesuatu itu akan tidak relevan atau sesuai. Kedua, Nasakom mengajarkan kepada kita generasi muda, pemangku kebijakan bangsa, dan seluruh masyarakat Indonesia bahwa perbedaan bukanlah suatu hambatan, nilai kekurangan perbedaan itu harus kita tutupi dengan sebuah persatuan agar Negara dan Bangsa kita mampu bangkit dari keterpurukan ini, kontradiksi atau perbedaan ide, agama, golongan, ras dsb itu wajar karena adalah kodrat hidup tinggal bagaimana kita sebagai komunitas maayarakat yang sudah mengikat janji untuk hidup bersama ini dapat mengedapankan rasio sehat dan iman, serta nilai toleransi dan solidaritas tentang suatu permasalahan yang dihadapi untuk mencapai cita-cita yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 45 menuju masyarakat adil dan sejahtera, akhirnya bukankah kita adalah masyarakat yang mempunyai kultur gotong royong serta musyawarah mufakat sebagai jalan keluar terhadap suatu masalah kemasyarakatan ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gedung Bappenas Pernah Jadi Monumen Yahudi ?

sang revolusioner jalan pembebasan atau jalan munuju tangga kekuasaan ?