MELAWAN KAWANAN HITAM

MELAWAN KAWANAN HITAM
Oleh : Ricki Maldini
*Berita Hitam & Runtuhnya Semangat Kehidupan*
Pagi itu mentari seakan tidak bersahabat,ia sepertinya enggan mengeluarkan sinarnya,ia terlihat gelap diiringi dengan sahabat-sahabat awanya yang berjalan mengiringi pagi dengan gemerlap.Walaupun begitu si bocah remaja itu tetap semangat menjalani hari dengan hati resah gelisah,berdiamlah ia di tepi jalan menunggu angkutan umum yang akan mengangkutnya ke sekolah.Anak itu bertubuh kurus,bermata sipit,sedikit rupawan dan berkulit sawo matang khas orang Asia Tenggara,dia adalah ‘rimald’  atau nama panjangnya adalah Ricki Maldini.Rimald adalah remaja yang duduk di kelas 11 SMAN 79 saat itu,sebelumnya ia adalah orang yang semangat menjalani hari untuk kehidupan,namun saat ini sepertinya ia sedang merasakan semangat kehidupanya seakan mati,seakan pergi dari sarangnya entah bersemayam dimanakah semangat itu.
“Tinnnn,tiinnnn…” “Gubrakkkkkk” tiba-tiba ia tersadar dari lamunanya,angkutan umum itu tiba di depanya menghentakkan lamunan hari resah gelisah dan mentari gemerlap bagi dirinya.Kemudian bergegas lah ia menaiki angkutan umum tersebut.Setelah sampai turunlah ia membayar tarifnya “krencengg…krencengg..” jatuhlah uang recehan yang ia ingin bayarkan.Sepertinya rasa itu sangat mengganggu fikiranya,bergegaslah ia setelah kembali memungut uang itu dan membayarnya.Bergegas kemudian Rimald berjalan mengiringi sebuah kawasan yang mungkin ketika orang yang tidak biasa melewatinya akan merasa seperti tertekan dan mungkin berdiri bulu kuduknya!,ya kawasan di sisi kanan dan kirinya adalah tempat bersemayam orang yang telah pergi meninggalkan dunia menuju singgasana surga,Hijau seperti persawahan,tanah menggunduk seperti polisi tidur di dekat rumahnya dan rumput-rumput yang bersorak sorai menyabut kedatangan orang-orang yang melintasinya.Setelah sampai di kelas dimana ia mendiaminya,ia hanya sedikit tersenyum dan berbicara kepada teman-temanya,duduklah ia di singgasana kenyamananya.
Ibu guru itu menyampaikan pelajaran seperti biasanya,namun Rimald hanya terdiam,membisu,tertunduk,seperti ada yang mengganggu dalam fikiranya,fikiran itu adalah tentang semangat kehidupanya,tentang seseorang yang sedang tertidur dalam sakitnya.Ibundanya ya ia lah semangat kehidupanya,ia sekarang sedang berbaring di tempat kesembuhanya,ketika Rimald tertidur terlintas baying-bayang orang yang ia sayangi tersebut,mimpi itu membawanya kepada hangatnya kasih sayang ibunda,kata-kata pembangun mental dan senyuman kedamaianya. “Heyy..” “Malll..” tiba-tiba teman disaampingnya memanggil,menyadarkanya dalam baying-bayang keindahan mimpi.”Emhh,yaaa” agak gugup ia menjawab “Aaaada apa ndre?”, “kenapa engkau terdiam seperti itu?”, “ini masalahku,aku tak bisa mengatakanya sekarang”.Hanya simple saja ia menjawab pertanyaan dari temanya itu.Benar-benar hatinya itu seperti tertusuk jarum,ya jarum khayalan terperih menembus lubuk hati terdalam.
2 jam berselang pelajaran IPS itu lalu “Tokk,tokk,tokk…”  ketukan pintu berbunyi dari sudut kiri,”masuklahh” Ibu guru berteriak.Ketika masuk,alangkah kagetnya Rimald ternyata yang ada dibalik pintu dan kemudian membuka pintu tersebut adalah sahabatnya Awan,hatinya seakan tahu apa rahasia dibalik pintu itu.Lalu Awan sampaikan ingin memanggil Rimald karena ada saudaranya yang ingin bertemu di bawah.Berjalan lah Rimald kea rah awan setelah meminta izin kepada gurunya itu.Keluarlah kedua sahabat itu,namun Rimald tidak berkata sedikit pun kata,begitu pun Awan,mungkin karena ia tahu bahwa sahabatnya itu terdiam,ia merasa tidak enak hati untuk mengatakan berita hitam itu.Ya berita hitam adalah pemikiran Rimald yang melampaui batas pemikiranya tentang terjadi atau tidaknya.
Setibanya di dasar lantai ia menatap tajam bola mata saudaranya yang kurus kecil dan hitam itu sebaya dengan dirinya,Viand langsung berkata “Nenek telah tiada!” “Pulanglah…” .Tercenganglah Rimald mendengar perkataan viand,kata-kata itu tidak sejalan dengan kata-kata hati dan bayang-bayang fikiranya.Dia remaja pendiam itu seakan tidak percaya,namun setelah tasnya diambilkan oleh sahabatnya yang bernama Awan tadi,izin lah Rimald kepada guru yang ada di depan gerbang seklahnya.”Bremmmmm,bremm..” bergegaslah suara sepeda motor meninggalkan sekolahnya.Seperti biasa ketika pulangpun ia pasti melewati rumah-rumah keteduhan orang-orang yang sudah tidak bernyawa,dengan tekstur bangunan yang indah rumput bergoyang diatas gundukan dan papan yang menghiasi identitas diri.
Dalam perjalananya kerumah Rimald melihat kiri kanan jalan seakan abstrak tidaklah menikmati keindahan dunia ini,seperti saat ini fikiranya sedang abstrak tertimpa kebimbangan,kebingungan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi,namun perasaan akan berita hitam itu tetap menempel di dinding hatinya.
Sesampainya di rumah,langsung ia berjalan cepat kerumahnya “Srekk,srekkk..” bunyi sepatu melindas bumi terasa cepat,jika dasar bumi bisa berbicara.Terdengar suara tangisan wanita kecil di telinganya, “huhuhu,Bundaaaa!bundaaa!!” jeritan yang sangat dikenalnya itu terdengar dari dalam rumah berdinding coklatnay,segera Rimald masuk dan memeluk wanita kecil yang sedang menangis tersiak-siak itu.Saat itu pun Rimald benar-benar tahu apa jawabanya.Berita hitam kesedihan itu benar-benar terjadi kini,namun jauh disana semangat kehidupanya berbaring memejamkan mata untuk selama-lamanya di alas kenyamananya.Namun begitu Rimald tetap tertahan air matanya,ia tidak mau terlihat goyah di depan adik kecilnya,ia tetap tegar dihadapan adiknya dan menenangkan hati adiknya,walaupun sebenarnya hatinya hancur seperti meteor yang mengantam bumi pecah berkeping-keping.”Sudahi tangisanmu cantik,”Bunda akan bahagia disurga sana” kata-kata terucap menguatkan walaupun sebenarnya tak mampu mulut berbicara seperti itu,berat seperti tertahan tali yang mengikat kuat.
“Ibunda kalian bahagia disana.masih banyak yang menyayangi kalian” suara,terdengar melengking menandakan uzurnya usia itu,ya kakeklah yang menguatkan mereka berdua.Dielus-elus lah kepala keduanya penuh kasih sayang.”Ayooo kita berangkat sekarang” kakek mengajak Rimald dan shila untuk berangkat ke tempat dimana ibundanya tertidur untuk selamanya,yaitu di daerah Ciledug tempat nenek dari ibundanya.
Sesampampainya disana,”Prak,prakkk,prakkkk!” berlarilah Rimald dan shila kea arah ibundanya yang sudah tidak bernyawa,sambil memeluk menangis shila tersiak-siak lagi.Rimald hanya memeluk dengan hati begitu berat melepas ibundanya,di dalam hatinya benar-benar hancur menghancurkan segala-galanya akan kehidupan.Semangat,keceriaan,damai nya hati benar-benar sudah tidak ada lagi di dalam dirinya,yang ada hanyalah kesedihan yang benar-benar mentalnya jatuh ke dasar paling bawah.”aku benar merasakan mental ini jatuh hilang semua,entah kapan akan kembali”.Hatinya berkata,”Heii sudah-sudah” suara tantenya menenangkan.Ia tante Rina memberikan motivasi tentang kejadian ini,namun dalam hati Rimald benar-benar kata-katanya tidak masuk dalam fikiranya.
Adzan dzhur berkumandang,ibundanya di shalatkan terlebih dahulu sebelum di makamkan,di rumah persemayaman terakhirnya,rumah kenyamananya.”Hati-hati bawanya” ,diantarlah ibundanya ke tempat terakhirnya,ia berjalan bersama saudara,keluarga dan kerabat lainya mengiringi ibunda.
15 menit berselang sampailah rombongan di tempat persemayaman terakhir.Inilah saat-saat terberat dalam hidup bocah remaja bernama Rimald itu,dimana inilah tatapan terakhir tentang jasad ibunda,hatinya menangis,matanya teteskan air mata terberat.”Bundaaaaa….bundaaaa!” teriak Rimald,sambil tanganya menunjuk-nunjuk mengisyaratkan,ibunda nya jangan sampai dimasukan ke tanah sahabat bagi manusia di alam semesta itu,namun ia ditarik oleh ayahnya.”Sudahlah nak,ini semua kenyataan yang harus dihadapi”.”Kita harus terima,kenyataan yang menyedihkan adalah mental yang akan terasah menjadi kekuatan luar biasa bukan binasa!” ayahnya pun berkata,lalu Rimald terdiam menahan kesediahan,ketidakpercayaan akan hal yang dihadapinya.
Kemudian pulang lah Rimald beserta rombongan kerumah,yang di kemudian hari.Hari-harinya menyadi sangat sepi,hilangnya semangat kehidupan,kasih sayang kehangatan beserta kecerian sang remaja pendiam itu…..
*Hari-Hari Terberat*
Seminggu sudah Rimald tidak bersekolah,telepon genggamnya penuh dengan kata-kata pembangun semangat,kesabaran dalam cobaan dari teman-temanya,hanya sebagian yang dibalasnya,itupun karena memang banyak sekali yang mengirim pesan untuknya.
Malam bergelimang bintang,gemerlap keindahan menghiasi alam semesta dan bocah kecil itu,diatas genteng ia terdiam menikmati malam dan kesendirian,saat-saat itu adalah dirinya untuk menghindari keramaian karena ia belum siap dengan kehidupan selanjutnya.Memandangi bintang ia sambil berharap penuh khayalan,padahal ia tahu bintang tidak mendatangkan apa yang ia minta,namun itu hanya kesenangan bagi dirinya saja.
Malam makin larut akhirnya ia memutuskan untuk turun dan beristirahat karena Rimald berfikir sudah terlalu lama ia bolos sekolah dan besok harus masuk.Di sebuah alas untuk tidurnya yang penuh kenyamanan Rimald tertidur…
“Kukuruyukkkk,Kukuruyukkk!”suara ayam menyambut datangnya pagi gelap gulita masih keadaan diluar,namun Rimald sudah terbangun,ia bangkit duduk,dan bersegera mengambil air wudhu karena adzan pun sudah 15 menit yang lalu.Berlutut lah ia kepada tuhan mengadu,meminta,dan berbicara dengan bahasa keindahan,berharap akan cahaya nya tentang hal-hal yang telah hilang dari  dirinya.Kemudian terdengar suara ayah “Mal,ayoo sarapan dahulu”,disantaplah sarapan yang dibelikan oleh ayahandanya,menikmati saat-saat masih ada ibundanya ia,di sediakan masakan khas bunda setiap pagi,sebelum Rimald dan Shila berangkat ke sekolah,ya namun baying-bayang penuh harap itu kini hanya akan menjadi khayalan belaka.
Seperti biasa,Rimald berangkat ke sekolah melewati rumah keindahan
bagi orang yang disemayamkan,”namun bagiku itu adalah kesedihan!”.ya mungkin bagi hati yang sedang bergejolak itu adalah kesedihan bagi semua yang merasakanya.Di sekolah Rimald seperti biasanya belajar,berbicara dan bercanda bersama teman-teman sekolahnya.Namun sebelum itu ia mendapat pelukan-pelukan hangat dari sahabat-sahabat maupun teman-temanya yang mengucapkan belasungkawa kepadanya.”Sabar ya mal,ini adalah cobaan tuhan untukmu semakin sabar” Awan berkata,disusul dengan yang lainya
        Belajar,berbicara dan bercanda juga bermain bersama-sama orang-orang di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah kini tidak sepenuh hatinya,Rimald merasa tidak bisa sepenuhnya seperti sediakala.Dimana ia adalah orang yang penuh dengan semangat kehidupan,ceria dan anak yang disukai oleh temanya juga sahabatnya maupun orang-orang disekitarnya,ya walaupun tentu juga ada juga yang tidak suka.Rimald merasakan ada ketimpangan terhadap dirinya,dia benar-benar merasakan dirinya merasa beda dengan dirinya yang dulu “ini masa tersulit dalam hidupku!” hatinya berkata.Selama sekian lama ia terdiam dengan sifatnya yang semmakin tertutup tibalah saat-saat mendekati UN yang mana di kelas 12 ini ia harus melewati fase tes yang menentukan berhasil atau tidaknya hasil pembelajaran selama tiga tahun ini.
        Impian tetap ada di setiap manusia yang menjalani hidup.Rimald pun mempunyai impian setelah lulus nanti ia ingin sekali meneruskan pendidikanya ke perguruan tinggi negeri dan mengambil bidang kesukaanya sejak menginjakan kakinya di sekolah menengah tingkat atas yaitu SEJARAH.
*Rekontruksi Sisa-Sisa Kesemangatan*
UN akan berlangsung seminggu lagi,Rimald sibuk mencari-cari materi yang akan keluar saat ujianya nanti,ia seperti sibuk sendiri dihantui seramnya UN seperti orang yang dikejar-kejar hantu di malam hari sendiri dalam kesepian.
“Hallo,wan dimana bisakah kita ketemu ?” ,”Bisa mal,ditempat biasa yah!” .Bertemulah kedua sahabat ini di tempat biasa mereka berkumpul dengan yang lainya juga,biasa bercanda gurau,saling cerita isi hati dan berdiskusi selintas kehidupan maupun tentang pelajaran.Tempat itu bernama “BEBAS” yang mempunyai arti kebebasan untuk apapun yang positif.Sepertinya Rimald sudah bisa sedikit mengingat dan mengolah kata yang pernah diucapkan ayahnya yaitu ”Kita harus terima,kenyataan yang menyedihkan adalah mental yang akan terasah menjadi kekuatan luar biasa bukan binasa!”.Rimald seperti tersetrum ketika mengingat kata-kata itu.Ia mnyadari terlalu lama ia terpuruk dan kini saatnya harus bangkit dengan semakin mendekatnya UN dan kehidupan di luar sekolah akan lebih berat fikirnya.Kemudian kedua sahabat karib tersebut Rimald dan Awan berbicara tentang UN yang akan dihadapi,seperti biasanya jikalau ada hal yang berat atau mereka kira sulit untuk dihadapi,mereka selalu bicara dan mencari solusinya berdua kadangkala juga dengan yang lainya,namun kali ini mereka hanya berdua,di tempat berdinding biru,seperti semangat cerahnya langit biru,kemudian bangku-bangku yang mengisi kekosongan tempat juga kendaraan-kendaraan roda empat maupun roda dua yang berlalu lalang didepanya,tidaklupa jajanan-jajanan yang siap di santap.
        Hari minggu tiba,UN tinggal sehari lagi,pagi itu Rimald bangun dengan agak kesiangan.Jam dinding menunnjukan pukul 11.15,lekas mandi bocah remaja itu membersihkan badanya.Air saat itu terasa sejuk melawan panasnya cuaca di luar sana “Brrr,Sruttttsrutt” suara air berbunyi.Setelah selesai,rapih-rapih ia langsung membuka buku pelajaran UN yang akan dihadapinya esok hari,dilihatnya kertas itu sekitar 15 menit sebelum ia meninggalkanya untuk mengisi perutnya dengan energi.
        Malam itu bintang seakan tersenyum langit pun cerah,bulan menyinari bumi yang penuh dengan kesibukan,”mala mini sungguh cerah,seperti kecerahan yang ingin aku dapatkan kembali”.Rimald memandangi langit sambil tiduran diatas genteng rumah neneknya dumana ia biasa lakukan jikalau ingin menenangkan fikiranya.
        UN pertama pun dilalui dengan baik,berlanjut hari-hari berikutanya sampai akhirnya selesai,walaupun tidak sepenuhnya menguasai materi,tetapi dipenghujung tes UN itu dimana cobaan yang mengerikan bagi siswa-siswi yang menghadapinya,ia mempunyai tekad yang bulat tentang masa depan,dimana masa depan yang cerah tidak akan didapatkan dengan keterpurukan yang terus-menerus dan berfikir tida mau merubahnya,ia merubah sebelum terlambat mengumpulkan sisa-sisa semangatnya.
        Selang sebulan hasil UN pun tiba dan Rimald mendapkat kelulusan yang lumayan baik bagi dirinya sendiri dengan nem “31,50”.Sebuah barometer untuk melangkah kedepan,”kelulusan saat ini bukanlah akhir dari perjuangan hidup,tapi adalah awal” ia berkata dengan lantang….
       
*kembalinya Sang Cahaya Kehidupan*
Kembalinya tawa-tawa yang cerah,Rimald terjaga dalam tidur lelahnya akan hari yang telah dilaluinya,diselimuti perasaan tenang,dihiasi malam yang dipenuhi bintang-bintang harapan masa depan yang cerah dan bulan yang menjadi pengawas jikalau bintang harapan itu sirna.”Kukuruyuuuukkkk…” suara ayam jantan kembali sambut pagi tinggalkan malam indah itu,terbangunlah Rimald dalam tidur lelahnya.”Hari ini adalah,hari tes ku untuk masuk perguruan tinggi negeri,semangat!”tegasnya,kemudian siap-siap lah ia..
Sesampainya di kampus UNJ ia beserta satu orang sahabatnya yang bernama ahmad bersiap untuk melakukan tesnya,namun tidak ada Awan disitu karena ia tidak lah berniat untuk kuliah dulu,ia lebih ingin mencari pengalaman dengan bekerja dahulu.
2 jam telah berlalu dan 15 menit meninggalkan waktunya,”TRIIIIIINKKKKKK” selesailahh waktu setelah bel tanda akhir berbunyi.Ricmald optimis akan soal-soal yang ia kerjakan dan dia yakin sekali kalau-kalau ia pasti lolos dalam tesnya itu.Keluarlah ia dari ruangan sambil menunggu ahmad ia mengirim pesan yang isinya bertemu di tempat yang telah mereka janjikan.Sambil meminum the dingin dan sebatang rokok ia menikmati indahnya hari jika dijalankan dengan penuh semangat dan optimisme.”Woyyyy,hahahah”.Suara ahmad menghentak kenikmatan sementara yang baru diraihnya.lalu mereka berdua beranjak pergi.
Rabu,12 juli 2014 inilah saatnya Rimald melihat hasil optimismenya itu,ketika itu mereka Ricmald dan ahmad bergegas untuk pergi ke UNJ kembali melihat hasil.Sesampainya disana mereka langsung menuju papan yang dikerubuni banyak orang,ternyata papan itu adalah papan penentu langkah akan kemanakah melangkah.Ternyata “Belum beruntung diriku”gerutu Ricmald dalam hati,ketika ia melihat hasil tesnya itu di Program Studi Pendidikan Sejarah UNJ namanya tidak ada di papan penerima mahasiswa/I baru itu.murung wajahnya lemas badanya dan tidak jelas pandanganya kemana.Ketika ia bertnya kepada ahmad.”Bagaimana dengan hasilmu?”.Ahmad berkata “Disini bukan jalanku!”.Rimald mengerti apa yang diucapkan sahabat nya itu.”ya,aku mengerti!” jawab Ricmald,kemudian mereka berdua bergegas dengan perasaan sedikit kecewa.Ricmald telah belajar arti dari kegagalan maupun kesedihan,ia pun teringat apa kata ayahnya tentang “jangan pernah jatuhkan mentalmu pada satu peristiwa,cobalah berkali-kali karena itu adalah proses belajar”.
Hari rabu itu,sedikit membawa kekecewaan untuk Rimald namun ia tetap semangat kedepanya ia yakin bahwa tidak hanya ada satu jalan menuju cahaya kehidupan.
2 bulan berselang hanya banyak terdiam dirumah dan bermain bersama teman-temanya membuatnya ingin mengambil langkah,apakah tetap memaksakan kuliah di swasta ataukah mencari dan mengumpulkan uang dengan bekerja untuk kuliah di tahun depan.Sehari memikirkan hal tersebut,ia akhirnya mengambil jalanya sendiri dengan memutuskan bekerja dahulu mengumpulakan uang sekaligus mencari pengalaman bekerja.
Pagi itu,Rimald,ahmad dan aji memutuskan untuk melamar bekerja bersama-sama,setelah beberapa perusahaan di datangi dan tes,namun tidak ada yang cocok dengan hati Rimald.Malam itu Rimald berdoa dalam pengabdianya kepada Tuhan yang Esa,meminta agar diberi pekerjaan yang cocok dengan harapanya.
benar Tuhan tidak pernah tertidur,Tuhan tidak tuli,ia mendengar apa yang diminta oleh umatnya jika yang meminta dengan sungguh-sungguh menginginkanya dan berusaha semaksimal mungkin.
24 september 2012 Rimald mulai bekerja di suatu perusahaan yang terletak di mall senayan city yaitu depertemen store Debenhams,hari pertama bekerja yang begitu melelahkan…

“Cahaya Yang Bersemayam di Hati Selamanya”
keringat mengalir dari dalam tubuh,bau yang memancar sedikit tidak membuat nyaman,bekerja keras untuk uang,”inilah yang ayahku lakukan selama ini untukku,begitu berat!”.Rimald menyadari bagaimana bekerja itu adalah berat,waktu,keringat,tenaga benar-benar harus dikerahkan semaksimal mungkin.Mungkin ini adalah sebuah keluhan bocah remaja yang baru saja lulus dari SMA.
Setahun berlalu,pengalaman-pengalaman yang ia dapat begitu berharga.dari mulai lelah fisik maupun lelah hati,amarah dari atasan maupun customer telah ia terima.Membangun mental tempenya,ia mengerti bagaimana dunia kerja itu.
Kini tiba saatnya ia harus memikirkan impianya untuk meneruskan sekolah ke perguruan tinggi,ia tidak mau mimpi itu hanyalah menjadi khayalan saja,seperti apa kata om Herman saat itu “Banyak orang ketika bekerja lupa akan kewajibanya menuntut ilmu kembali,karena mata dan fikiranya telah tertutup uang!”.ia ingat betul itu,Rimald tahu,ia tidak mau selamanya seperti ini terus.”aku harus merubah nasibku,yang merubah adalah diriku sendiri”,tegasnya.
Kebetulan ia mempunyai saudara yang kuliah di UHAMKA,kala itu ia berbincang dengan saudaranya bertanya-tanya tentang UHAMKA itu,apakah ada jurusan sejarahnya? apakah bagus pendidikanya?.Ternyata saudaranya memberi pernyataan yang memuaskan,kemudian ia tidaklah langsung percaya,ia mencari-cari browsing di internet tentang UHAMKA dan jurusan sejarah.Ternyata benar bagus,”Dian tidak asal bicara”berkata dalam hati Rimald.
        Keyakinan yang sempurna itu akhirnya membawa Rimald berlabuh di UHAMKA,”inilah kapal yang akan membawaku ke sebuah cahaya terang dunia” lalu ia tersenyum bahagia,ia yakin disinalah jalanya untuk mengembangkan ia punya kemampuan.
6 bulan Rimald mengalami kerja sambil kuliah,namun hal tersebut membawanya pada kebimbangan karena jika keduanya dijalankan memang tidak akan seimbang karena kerja saja ia harus menghabiskan 8 jam.Pada akhirnya ia harus memutuskan berhenti bekerja karena nilai-nilai kuliahnya jatuh karena tidak sempat memegang buku yang seharusnya digenggam para mahasiswa/I,ia menyadari jika bekerja terus-menerus ia seakan merasa menjadi budak secara tidak langsung walaupun ia digaji sesuai dengan UMR Jakarta pada saat itu,namun ia sama sekali merasa tidak mendapat keadilan karena memang benar-benar bekerjanya itu extra keras tidak sesuai dengan gajinya yang hanya UMR itu.Kesadaran itu ia dapat setelah ia belajar tentang teori-teori sosial yang ia dapat dibangk kuliah penjelasan dari dosenya yang bernama pak barok tentang kapitalisme juga banyak lainya hal-hal yang diberi ilmunya.
        Mungkin itulah hal terkua yang menjadi pedoman buat Rimald,”aku tidak mau menjadi budak,tetapi pekerjaanku haruslah yang mulia yang mendapatkan cahaya di dunia maupun di akhirat nantinya”.Pemikiran yang mantap membuatnya berhenti bekerja dan berfokus pada kuliah dan belajar.Ia sangat ingin menjadi guru sejarah yang member motivasi kepada murid-muridnya pada suatu saat nanti tentang masa lalu adalah kaca untuk bercermin di masa kini dan masa mendatang agar tidak melakukan hal bodoh yang sama,agar dapat menghadapi masa mendatang dengan kesiapan yang matang.
        Kini ia mejalani hari-hari dengan berfokus kepada bidang ilmu yang disukainya yaitu sejarah,dan ia juga sudah sadar bahwa mental tempenya setelah ketiadaan ibunda.Haruslah diubah karena ibundanya akan sedih,melihat jagoan laki-lakinya terpuruk seperti itu ia banyak belajar dari orang-orang hebat seperti kakek,ayah,om,guru,dosen dll orang-orang disekelilingnya.”aku belajar dari keterpurukan,untuk bagaimana aku melakukan perubahan-perubahan yang positif namun perlahan dan pasti(evolusi) yang akan membawaku ke singgasana kebahagiaan dunia”tegasnya!

Biodata Penulis
Nama                    : Ricki Maldini   
TTL                       : Tangerang,26 Maret 1994
Nim                      : 1301085020
Prodi                     : Pendidikan Sejarah
Fakultas               : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas           : Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka
Mata Kuliah                   : Bahasa Indonesia
Hobi                      : Membaca,Berimajinasi dan menulis
email                    : Rickimaldini08@gmail.com
No telp                            : 083806731463

Judul                     :Melawan Kawanan Hitam
Tema                     :Pembangun Mentalitas
Alur                      :Maju,         Mundur.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gedung Bappenas Pernah Jadi Monumen Yahudi ?

sang revolusioner jalan pembebasan atau jalan munuju tangga kekuasaan ?