Yuk, Tamasya…

Barangkali, Tuan-Tuan butuh istirahat dan sejenak berhenti berpikir, saya pun butuh istirahat juga mereka butuh untuk berhenti berpikir. Dekat dengan dengan alam, pantai, atau bangunan-bangunan kuno, kiranya bisa menjadi opsi.

Emmm…Misalnya coba untuk merasakan desiran angin pantai, meremas pasir dan menjadikan nya permainan untuk membuat istana raja-raja mungkin, atau menyeruput kopi di pinggir pantai sambil menunggu matahari terbenam, apa sebutan beken nya deh ? Ya…itulah pokoknya mah yaa…
Kalau mau coba bertualang di alam, mungkin bisa mencoba mendaki gunung-gunung di Indonesia, Indonesia aja ya, jangan yang lain. Loh kenapa ? Ya…supaya bisa merasakan alam Indonesia gitu loh, menghirup udara nya, merasakan nafas tetumbuhan, atau medengar jeritan pohon-pohon berusia ratusan tahun.

Nah, kalau yang ini recommended banget sih, kenapa ? Ya…supaya inget gitu loh kenapa candi ini dibangun, candi itu bentuknya kok gitu ya ? Loh apa ini ukiran-ukiran yang ada dibangunan nya ? Kali aja kan ada maksud tersembunyi yang kita ga tahu, dan bahkan gamau dengar gegara kesibukan kita untuk terus beraktifitas di kota yang sumpek ini.

Bersyukur lah kamu-kamu yang tinggal di sekitar pantai, gunung, dan peninggalan bersejarah, karena kamu bisa lebih dekat dengan alam mu dan dan masa lalu mu, loh kok masa lalu harus disyukurin ? Emmmm…Gimana yah jawabnya, gini aja deh analogi nya tanpa masa lalu kamu ga akan terbentuk, bukan nya kamu sebagai manusia pasti punya masa lalu ? Ayah Ibumu adalah masa lalu nya kedua nya mencipta kamu yaa…tentu nya dengan kehendak Tuhan loh ya…




Kembali ke soal tamasya, kenapa sih kita butuh tamasya ? 

Iyalah, pak bu…terkadang kita harus sejenak berhenti berpikir, karena dengan berhenti berpikir kita sedang meluaskan dan menjadikan peka ‘kesadaran’ kita. Loh apa beda nya kesadaran dengan pikiran ?
Jadi gini…pikiran itu adalah sesuatu refleksi atas sebuah realitas, nah realitas ini akan dip roses oleh pikiran kita tentang definisi baik-buruk untung-rugi benar-salah jelek-indah, nah jadi pikiran selalu membentuk dikotomi ( pemisahan ), maka nya ga heran ya kalo orang kadang cepet stress, marah, egois, serakah Cuma gara-gara pikiran yang membayangi, padahal kan itu belum tentu bener ?

Apa kamu percaya pikiran mu 100% bener ? itu Cuma Tuhan kali yang punya, sebagai akal besar alam raya.

Nah, kalau kesadaran ini, dia merupakan kemurnian dari diri kita, sebenernya masing-masing dari kita sudah punya kesadaran sih, yang di stimulus oleh nilai agama atau nilai dalam masyarakat kita, namun kadang kesadaran itu terkontaminasi oleh pikiran yang picik, maka nya kesadaran kita butuk kita asah dengan ‘Tamasya’, keluar dari kota, dan rasakan sensasinya ! aiiihhhh….

Namun, tamasya nya jangan ke yang mewah-mewah ya, tamasya lah ke yang ‘Natural’ kembali lah kea lam, pelajari alam, peluk dia, cium dia, hirup bau keringatnya supaya kita memahami, apa yang diinginkan alam. Jangan melulu pikirin ekonomi dan politik, bisa-bisa makin salah kaprah akibat arogansi pikiran, tamasya lah dulu kembalilah ke alam, dengan begitu kesadaran kita akan terasah oleh keinginan alam. Karena keseimbangan alam lebih penting dari pada mewahnya gedung-gedun di kota atau urusan Negara yang tak kunjung membaik, konflik semakin menggelitik, golongan semakin meruncing, apa ga ada jalan tengah apa ? solusi sehat yang ditawarkan dengan kesadaran, ya pasti ga ada orang yang di pake cuma pikiran, udh gitu ga ada yang mau ngalah lagi, mau menang sendiri, merasa benar sendiri, udah kaya pikiran nya 100% bener aja, maka nya kita-kita semua nih harus menghentikan pikiran untuk sejenak.

Nyokkk, tamasya...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gedung Bappenas Pernah Jadi Monumen Yahudi ?

sang revolusioner jalan pembebasan atau jalan munuju tangga kekuasaan ?