03.33-04.05 Jakarta




Pagi masih tertutup oleh mega hitam angkasa, bulan coba untuk tetap sabar menanti pergantian nya dengan matahari. Tengah kota, masih sepi sunyi, hanya ada suara-suara burung yang berkicau…Nyaring tanpa tandingan, karena sang ayam sudah sangat amat jarang eksistensi nya di tengah kota, hanya ada ia yang mati siap disantap.

Hanya ada beberapa orang berlalu lalang untuk membeli santapan sahur, agar puasa hari ini tetap terjaga dari hantu kelaparan.

Lioman keluar dari rumah nya untuk menghirup udara pagi kota “Kreeeekk” suara pintu terbuka, sekaligus tertutup. Pagi dengan mega hitam adalah saat-saat bahagia menghirup udara kehidupan. Berjalan lah ia ke sudut seng yang dibalut besi sebagai paga penjaga Mall, karena kediaman nya persis di belakang Mall. Duduk, sambil melihat sekeliling nya pohon yang berbaris seakan menari-nari, gedung-gedung bertingkat yang berkilau angkuh, dan aspal jalan yang dipenuhi daun-daun gugur terinjak kaki-kaki manusia.

Sementara diujung jalan sana dari terang yang menyamar, seorang laki-laki paruh baya sedang membawa bongkahan karung besar di punggung nya dan tongkat di sisi belah kiri tangan nya. Sambil mengambil botol-botol bekas ke dalam karungnya ia berjalan ke sudut-sudut jalan, membersihkan segala botol yang berserakan itu.

Dekat, semakin dekat laki-laki paruh baya itu berjalan sehingga sampai lah ia di hadapan Lioman. Lioman berujar “ sudah sahur pak ? “ kemudian di balasnya tanya itu “ Sudah mas, mas sudah sahur ? “ “ Oohh, syukurlah pak, saya juga sudah sahur pak” jawab Lioman. “ Istirahat dulu disini pak” ujar Lioman, “ Oh terimakasih mas, tapi saya mau melanjutkan cari botolnya hehe, buat makan mas “ jawab Laki-laki paruh baya itu.

Dalam pikiran Lioman, terbesit pikiran apakah ia bekerja sepanjang hari ? Atau ia hanya keluar di malam hari ? Bagaimana ia dapat sahur ? Apakah uang nya cukup untuk dirinya dan keluarga nya ? sekelumit pertanyaan kepedulian terlintas di alam pikiran jernih Lioman.

Terlepas dari pertanyaan itu laki-laki paruh baya itu telah mengajarkan nya secara tidak langsung terhadap sebuah kehidupan. Bahwasanya, kita harus mensyukuri setiap apa yang kita hadapi, apa yang kita kerjakan dan apa yang sudah menjadi kewajiban kita. “ Aku memang bukan seorang humanis, tapi aku bisa merasakan setiap sisi humanis di hati ku “ “ Mega hitam pada 03.33-04.005 telah mengajarkan diriku bahwa laki-laki paruh baya itu bisa bekerja pada jam yang tidak sewajarnya dan menikmati setiap langkah dirinya, kenapa aku tidak “ “ Aku pasti bisa” Celotehnya.

Jakarta 03.33-04.05 telah mengajarkan bahwa, kapanpun, apapun dan bagamanapun semangat, kesabaran, mensyukuri harus selalu dan selalu tertanam pada akal sehat dan hati yang jernih.

Terimakasih laki-laki paruh bayah, aku dapat pelajaran dari hal kecil dan dari alam.



Sumber : Alam Kehidupan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gedung Bappenas Pernah Jadi Monumen Yahudi ?

sang revolusioner jalan pembebasan atau jalan munuju tangga kekuasaan ?